PENALARAN DEDUKTIF
NAMA
DOSEN : Drs. Budi Santoso,MM
Disusun Oleh
HENDRI SIREGAR (24213025)
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2015-2016
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................i
Daftar isi .........................................................................................ii
Bab I pendahuluan
........................................................................iii
A. Latar belakang ........................................................................iii
B. Tujuan penelitian ....................................................................iii
Bab II
Pembahasan........................................................................
1
Penalaran Deduktif.........................................................................1-10
Bab III Penutup...........................................................................11
Kesimpulan..................................................................................11
Daftar Pustaka..............................................................................12
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
bimbinganNya yang selalu menyertai kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah
tentang “Penalaran Deduktif” ini. Makalah ini kami buat berdasarkan tugas yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 Bapak Drs. Budi
Santoso,MM yang kami hormati. Tugas makalah ini kami tunjukan untuk kami
sendiri sebagai pelajar yang belajar mamahami mengenai Penalaran, kemudian
untuk dosen pengajar kami Bapak Drs. Budi Santoso,MM.
Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum
kita membahas dan memahami lebih jauh mengenai penalaran deduktif, timbul
pertanyaan yang mendasar yang muncul di dalam benak kita mengapa kita
mempelajari penalaran? Kita perlu memahami mengenai penalaran karena penalaran
merupakan hal yang sering kita gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau
berinteraksi satu dengan yang lainya. Namun di dalam bahasan kali ini kita
membahas penalaran yang penggunaanya di gunakan di dalam Bahasa Indonesia.
Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Kemampuan menalar
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.
1.2. Tujuan Penulisan Masalah
Makalah ini dibuat bertujuan untuk
peningkatan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia dalam menguasai kemampuan
berfikir, bersifat rasional dan dinamis berpandangan untuk menganalisa
konsep penalaran yang bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah. Selain itu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
1.3. Rumusan Masalah
1. Ada yang dimaksud dengan
penalaran deduktif ?
2. Apa berapa macam jenis penalaran
deduktif ?
3. Bagaimana penulisan penalaran
deduktif didalam sebuah kalimat dan penulisan ?
1.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini kami
memperoleh data dengan menggunakan data dari pencarian melalui internet atau
e-library.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Penalaran:
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui, proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode
dalam penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Tapi dalam kesempatan ini, kami
akan membahas lebih dalam tentang penalaran deduktif.
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali
dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi.Penalaran Deduktif bisa disebut juga sebagai proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari
hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah.
Macam-macam Penalaran Deduktif:
- SILOGISME
Silogisme
merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang
ditemukan atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering
mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya
ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan X”, sebenarnya dapat kita
kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
A. Barang siapa melanggar peraturan X
harus dihukum. B. Ia melanggar peraturan X.
C. la harus dihukum.
Bentuk
seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis mayor) dan
kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik
kesimpulan (kalimat ketiga).
Pada
contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor)
diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus
dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang
standar.
Akan
tetapi, kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar
seperti itu. Misalnya:
a. Semua yang dihukum itu karena
melanggar peraturan.
b.. Kita selalu mematuhi peraturan.
c.Kita tidak perlu cemas bahwa kita
akan dihukum.
d. Pernyataan itu dapat dikembalikan
menjadi:
e.Semua yang melanggar peraturan harus
dihukum.
f. Kita tidak pernah melanggar (selalu
mematuhi) peraturan.
g. Kita tidak dihukum.
Secara
singkat silogisme dapat dituliskan Jika A=B dan B=C maka
A=C. Silogisme terdiri dari; Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotetis dan
Silogisme Disyungtif.
A. Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorial adalah
silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term).
Contoh :
a. Semua Tanaman membutuhkan air
(premis mayor)……M…....P
b. Akasia adalah Tanaman (premis
minor)….S……………..M
c. Akasia membutuhkan air (konklusi) ……..S……………..P
Note : (S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
hukum-hukum Silogisme Kategorial:
1. Apabila dalam satu premis
partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
2. Apabila salah satu premis
negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua
korupsi tidak disenangi.
Sebagian
pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian
pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan
tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah
dipertunjukan.
Tidak satu pun drama Shakespeare
mudah dipertunjukan.
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah
baik. (Kesimpulan tidak sah)
b. Paling tidak salah satu dari term
penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak
menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
c.Term-predikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan
menjadi salah, seperti:
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan
term negatif sedangkan pada premis adalah positif
d.Term penengah harus bermakna sama,
baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda,
maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama
dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis
mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
B.Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotetis adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorial.
Ada
4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi,
saya naik becak
2.Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi,
hujan telah turun
3.Silogisme hipotetis yang
premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
4.Silogisme hipotetis yang
premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Mengambil konklusi dari silogisme
hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorial. Tetapi yang
penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
1.Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
2. Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana. (tidak sah = salah)
3. Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
4. Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
C. Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah
silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis
minornya merupakan keputusan kategorial yang mengakui atau mengingkari salah
satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetis istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya.
Silogisme ini ada dua
macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dansilogisme disyungtif
dalam arti luas
.
a.
Silogisme disyungtif dalam arti
sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la
lulus atau tidak lulus.
Ternyata
ia lulus, jadi
la
bukan tidak lulus.
b. Silogisme disyungtif dalam arti luas
premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan
di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi
di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti
sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah
satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la
berada di luar atau di
dalam. Ia
berada di luar atau di dalam.
Ternyata
tidak berada di
luar. Ternyata
tidak berada di dalam.
Jadi
ia berada di
dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu
alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi
di masjid atau di
sekolah. Budi
di masjid atau di sekolah.
la
berada di
masjid.
Ia berada di sekolah.
Jadi
ia tidak berada di
sekolah. Jadi
ia tidak berada di masjid.
- Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
- Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya
sah (benar), seperti:
Budi
menjadi guru atau
pelaut. Budi
menjadi guru atau pelaut.
la adalah
guru.
Ia adalah pelaut.
Jadi
ia bukan
pelaut.
Jadi ia buka guru.
- ENTIMEN
Merupakan silogisme yang salah satu
proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran
dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme.
Contoh :
Premis
mayor (MY) : Manusia mahluk rasional
Premis
minor (MN) : Kucing bukan manusia
Kesimpulan
(K)
: Kucing tidak rasional
Premis
mayor (MY) : Setiap manusia pernah lupa
Premis
minor (MN) : Mahasiswa adalah manusia
Kesimpulan
(K)
: Mahasiswa pernah lupa
Dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Silogisme merupakan bentuk penalaran
deduktif yang formal.
b) Proses penalaran dimulai dari premis
mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
c) Strukturnya tetap: premis mayor,
premis minor, kesimpulan.
d) Premis mayor berisi pernyataan umum.
e) Premis minor berisi pernyataan yang
lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
f)
Kesimpulan dalam silogisme selalu
lebih khusus daripada premisnya
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal
yang lebih rendah
DAFTAR
PUSTAKA
Ersza, S. Kemal, M. Duvi, A.
& Youdanto, H. 2012., Makalah Penalaran Induktif dan
Deduktif. http://wolles14.wordpress.com/2012/03/27/makalah-penalaran-induktif-dan-deduktif/ .
Achmad, R. Ilham,
F. Ira, afiana. Rika, wika. & Yunit, D.
2012., Makalah Penalaran Induktif dan Deduktif. http://sahabat-keyboard.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif-dan-deduktif.html.
Pratama, B. Rizka, D. Tita, S.
& Saripah. 2012., Penalaran Deduktif.http://gogopratamax.blogspot.com/2012/03/tugas-kelompok-bahasa-indonesia.html.
Zachra, M. 2012., Penalaran Deduktif.http://shellapaditadharma.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif.html.
Anggara, B. 2011., Penalaran Deduktif Dan Induktif.http://ghoo.blog.com/2011/10/01/penalaran-deduktif-dan-induktif/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar